Pages

Social Icons

Kamis, 27 September 2012

CIRI-CIRI KEPRIBADIAN MUKMIN (LANJUTAN)


5.        Berakhlak mulia
Allah swt menggambar kepribadian mukmin dengan berakhlak sebagaimana akhlak rasulullah Muhammad saw, seperti disebutkan dalam alquran surah al-Ahdzab ayat 21:
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Dalam Hadis Nabi saw disebutkan  bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan atau memperbaiki prilaku, moral atau akhlak manusia, sebagaimana dalam riwayat Baihaqi berikut:
ِإنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ (رواه البيهقى)
6.        Mengendalikan emosi dan perasaan, diantaranya mencintai Allah swt, takut akan azab Allah, berharap akan rahmat Allah, mencintai orang lain dan senang berbuat baik kepada mereka, tidak bertindak zolim terhadap orang lain, tidak hasad kepada orang lain, mencela diri dan merasa menyesal manakala berbuat dosa, dan bergetar hatinya bila mendengar kalimah Allah.
Ayat Alquran yang menggambarkan salah satu ciri di atas adalah surah al-Anfal ayat 2 :
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
Hadis Nabi saw yang menggambarkan kepribadian mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri seperti yang diriwayatkan oleh Abi ‘Iwanah berikut:
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتىَّ يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
7.      Senantiasa bertafakkur atas ciptaan Allah, menuntut ilmu pengetahuan, tidak prasangka dan mengabaikan kebenaran.
Salah satu ayat alquran yang menggambarkan tentang menuntut ilmu adalah surah at-Taubah ayat 122 berikut:
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Kemudian Rasulullah saw memberikan bimbingan kepada orang-orang beriman agar menjauhi buruk sangka, karena buruk sangka itu dapat memecahkan hubungan tali silaturahmi, sebagaimana Hadis Nabi saw riwayat Bukhari berikut:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا  (رَوَاهُ الْبُخَارِي)

8.      Hidup praktis dan profesional, seperti ikhlas dalam bekerja dan menuntaskan pekerjaan, berusaha dengan tekun dan sungguh-sungguh dalam mencari rezeki.
Alquran menggambarkan dalam surah al-Insyirah ayat 7 tentang bersungguh-sungguh dalam pekerjaan, dan bila telah tuntas suatu pekerjaan maka kerjakanlah urusan yang lain :
Artinya : Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
Dalam Hadis Nabi saw, dijelaskan tentang orang-orang mukmin yang ikhlas dalam mengerjakan sesuatu sebagaimana dalam hadis diriwayatkan Bukhari dan Muslim:
لَوْ أَنَّ اَحَدَكُمْ يَعْمَلُ فِى صَخْرَةٍ صَمَاءَ لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَلَا كَوَةٌ لَخَرَجَ عَمَلُهَ كَائِنًا مَاكَانَ (رواه البخارى  و مسلم)
Artinya : seandainya ada seseorang diantara kamu sekalian melakukan suatu amal perbuatan di dalam gua yang tiada pintu dan lobangnya, maka amal itu tetap akan bisa keluar (tetap dicatat di sisi Allah swt) sampai kapanpun. (HR. Bukhari Muslim)
9.      Menjaga kesehatan, kekuatan fisik, dan bersih
Dalam Hadis Nabi dijelaskan tentang orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
Beberapa ciri kepribadian mukmin yang digambarkan alquran dan hadis di atas, merupakan gambaran manusia paripurna dalam kehidupan ini, dalam batas-batas yang mungkin dicapai oleh seluruh ummat manusia. Oleh karenanya selaku muslim dan mukmin hendaklah sedapat mungkin berupaya mencapai ciri kepribadian tersebut dan mewujudkannya secara nyata dalam kehidupan.
Bagaimana cara memelihara kepribadian mukmin seperti di sebutkan di atas setelah kepribadian itu dicapai, sementara orang mukmin juga tidak luput dari kesalahan dan perbuatan dosa. Alternatifnya adalah dengan segera menyadari dan mengakui kesalahannya seraya memohon ampunan dari Allah swt atas kesalahan yang diperbuatnya. Sebagaimana disebutkan dalam alquran surah an-Nisa ayat 110:
Artinya : dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
sekian dulu artikel dari saya, semoga bermanfaat ya...

Minggu, 16 September 2012

MEMILIH MEDIA DALAM PEMBELAJARAN (MAKALAH)


Media memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media adalah bagian integral dari proses belajar mengajar. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru atau mungkin guru kurang efisien melakukannya. Dengan kata lain, bahwa posisi guru sebagai fasilitator dan media memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pembelajar.
Sebelum media itu digunakan, media harus kita pilih secara cermat. Tentunya dalam memilih media yang tepat untuk tujuan pembelajaran bukanlah hal yang mudah karena harus mempertimbangkan banyak faktor. Dalam pemilihan media, seorang guru harus menyandarkan kepada hasil analisis yang tajam terhadap berbagai faktor seperti tujuan, peserta didik, metode pembelajaran, dan kemampuan teknologi yang tersedia.
Tujuan dari pemilihan media adalah agar media yang digunakan tepat sasaran dan sesuai dengan keperluan, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang baik antara peserta didik dengan media yang digunakan.
Anderson mengemukakan ada dua pendekatan/model dalam proses pemilihan media pembelajan, yaitu:
a.       Pemilihan tertutup,
Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media telah ditentukan “dari atas” (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalaupun kita harus memilih, maka  yang kita lakukan lebih banyak ke arah pemilihan topik/pokok bahasan mana yang cocok untuk dimediakan pada jenis media tertentu. Misalnya saja, telah  ditetapkan   bahwa media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi demikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan  bukan media lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topik-topik  apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio.
b.      Pemilihan terbuka.
Model pemilihan terbuka merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup. Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan kebutuhan kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka lebih luwes sifatnya karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Namun proses pemilihan terbuka ini menuntut  kemampuan dan keterampilan guru untuk melakukan proses pemilihan.  Seorang guru terkadang bisa melakukan pemilihan media dengan mengkombinasikan antara pemilihan terbuka dengan pemilihan tertutup.

            Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media. Namun demikian secara teoritik bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran yang kajiannya akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria sebagai berikut:
a.    Kesesuaian dengan tujuan,
Perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan kompetensi yang ingin dicapai.
b.    Kesesuaian dengan materi pembelajaran
Bahan atau materi apa yang akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Bahan atau materi tersebut, sampai sejauh mana kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian dapat dipertimbangkan media apa yang cocok atau sesuai untuk menyampaikan bahan tersebut kepada peserta didik.
c.    Kesesuaian dengan karakteristik pembelajar atau siswa
Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa/guru. Karakteristik siswa dilihat dari segi kuantitatif ataupun kualitatif terhadap media yang akan digunakan. Artinya ada media yang cocok untuk sekelompok siswa, namun tidak cocok dengan siswa lainnya. Misalnya ada siswa yang memiliki kekurangan pada salah satu alat inderanya, maka guru tidak akan memilih media yang tidak bisa diserap oleh indera peserta didiknya. Selain itu, dipertimbangkan juga aspek kemampuan awal siswa, budaya maupun kebiasaan siswa. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari respon negatif siswa, kesenjangan pemahaman antara pemahaman peserta didik sebagai hasil belajarnya dengan isi materi yang terdapat pada media tersebut.
d.    Kesesuaian dengan teori
Media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian dan riset sehingga teruji validitasnya. Media yang dipilih harus menunjukkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
e.    Kesesuaian dengan gaya belajar siswa
Siswa yang belajar dipengaruhi oleh gaya belajar, oleh karenanya pemilihan media harus didasarkan pada kondisi psikologis siswa. Menurut Bobbi DePorter, terdapat tiga gaya belajar siswa; pertama, tipe visual. Siswa yang memiliki tipe visual akan mudah memahami materi jika media yang digunakan adalah media visual seperti TV, Video, Gafis dan lain-lain, kedua, tipe auditif. Siswa tipe ini lebih menyukai cara belajar dengan mendengarkan dibanding menulis dan melihat tayangan, ketiga, tipe kinestetik. Siswa pada tipe ini lebih suka melakukan dibandingkan membaca dan mendengarkan.   

          Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran
Arif S Sadiman dkk, mengemukakan bahwa ada tiga model yang dapat dijadikan prosedur dalam pemilihan media yang akan digunakan, yakni:
a.    Model flowchart, model ini menggunakan sistem pengguguran (eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan.
b.    Model matriks, berupa penangguhan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi.
c.    Model checklist, yang menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan.

Di antara model-model pemilihan media tersebut, yang lebih popular digunakan dalam media jadi (media by utilization) adalah model checklist. Untuk model matriks lebih sesuai digunakan dalam menentukan media rancangan (media by design). Sedangkan model flowchart dapat digunakan baik untuk menggambarkan proses pemilihan media jadi maupun media rancangan.
            Contoh model flowchart adalah, seorang guru ingin menyampaikan bahan ajar dengan menggunakan media audiovisual misalnya, maka langkah yang harus dilakukan guru tersebut adalah mengimpormasikan kepada pimpinan sekolah apakah alat pendukung untuk itu sudah tersedia atau belum, apabila sudah tersedia maka pihak sekolah tidak perlu lagi membelinya.
            Contoh model matriks adalah, dalam pemilihan media langkah pertama yang dilakukan guru adalah menganalisis kesesuaian media dengan pengendaliannya. Variabel yang termasuk pengendalian diantaranya adalah portabel. Artinya media tersebut mudah untuk dipindahkan, disimpan, di bawa-bawa dengan kata lain media tersebut praktis untuk digunakan. Alternatif media model ini adalah slide, film strip, audio kaset, dan buku.
            Di samping pendapat Sadiman di atas, Rayandra Asyhar mengemukakan bahwa apabila media yang tersedia cukup beragam dan jumlahnya banyak, maka para pengguna dalam hal ini guru harus memilih jenis dan format terlebih dahulu.
Hal ini dilakukan untuk menghindari ketidaksesuaian media pembelajaran, maka pemilihan media haruslah melalui prosedur yang sistematik dan terencana. Secara umum menurutnya, langkah-langkah prosedur pemilihan media untuk pembelajaran adalah dimulai dengan menganalisis kebutuhan. Analisis kebutuhan ini didasarkan pada faktor-faktor yang menjadi dasar pemilihan media, yaitu meliputi telaah terhadap karakteristik peserta didik, kompetensi yang diharapkan, dan karakteristik materi ajar. Di samping itu, ketersediaan media, keterbatasan sumberdaya, fasilitas sekolah, biaya, waktu dan lain-lain. Dari hasil analisis kebutuhan tersebut akan diketahui kira-kira jenis media apa yang diperlukan. Langkah berikutnya adalah menetapkan pilihan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Dari beberapa langkah prosedur pemilihan media pembelajaran yang telah dikemukakan oleh Rayandra Asyhar, dapat dipahami bahwa prosedur pemilihan media pembelajaran dimulai dengan menganalisis kebutuhan, dari sini akan diketahui langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang meliputi kemampuan awal, jenis kelamin, budaya, kebiasaan, dan sebagainya. Langkah berikutnya adalah menelaah tujuan pembelajaran, artinya media harus mendorong tercapainya kompetensi yang diinginkan. Kemudian mengkaji karakteristik bahan ajar, artinya media yang dipilih harus sesuai dan cocok dengan bahan ajar yang telah dirancang oleh guru. Sehingga pembelajaran akan lebih menarik, lingkungan belajar lebih dinamis dan akan menghasilkan pembelajaran yang efektif.
Setelah karakteristik peserta didik diidentifikasi, kemudian menelaah tujuan pembelajaran serta mengkaji karakteristik bahan ajar, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan pilihan media apa yang cocok dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh guru.
Craig N. Locatis & Francis D. Atkinson, mengemukakan pendapat terkait dengan menetapkan pilihan media yaitu: “when selecting the most appropriate media for instructional purposes, three alternatives are available: adopt, adapt, or produce”.
Dari pendapat Craig dan Francis di atas, dipahami bahwa ada tiga alternatif yang diajukannya dalam memutuskan atau menetapkan pilihan media pembelajaran. Yaitu mengadopsi media-media yang sudah ada (jadi), mengadaptasi media-media yang sudah ada dengan cara merubah cerita atau narasi yang sesuai dengan alur cerita yang ada di pita kaset rekaman, dan memproduksi media baru. Namun ia menekankan bahwa lebih baik mengadaptasi media jadi tersebut daripada mengadopsinya.
 
          Klasifikasi Media
Dari beberapa penjelasan mengenai pemilihan media pembelajaran di atas, perlu diketahui klasifikasi media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
a.      Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam tiga hal:
1)        Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio, dan reakaman suara.
2)      Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang bisa dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
3)      Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain menggunakan unsur suara juga mengandung unsur gambar yang biasa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur media yang pertama dan kedua.
  1. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam :
1)        Media yang memiliki liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
2)        Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.
  1. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
1)    Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lain sebagainya, jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
2)        Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, photo, lukisan, radio, dan lainnya.
Menurut Anderson dalam Arif S. Sadiman, media dapat diklasifikasikan ke dalam sepuluh kelompok, yaitu: 1) media audio, 2) media cetak, 3) media cetak bersuara, 4) media proyeksi (visual) diam, 5) media proyeksi dengan suara, 6) media visual gerak, 7) media audio visual gerak, 8) objek, 9) sumber manusia dan lingkungan, 10) dan media komputer.
Sekian banyak jenis media yang dikemukakan di atas, bagaimana guru menentukan pilihan medianya tergantung materi ajar yang dipersiapkan oleh guru, apakah media tersebut sesuai dengan karakteristik materi, peserta didik, dan sebagainya seperti yang disebutkan di atas. Yang paling penting diingat oleh guru apakah media yang dipilih tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran atau tidak.


DAFTAR BACAAN

Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2011.

Locatis, Craig N. & Francis D. Atkinson, Media and Technology for Education and Training, Columbus, Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company, 1984.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, Cet. VII, 2010.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2009.

Sadiman, Arief S. dkk, Media Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. XV, 2011.

Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.

 

Sample text

Sample Text

Sample Text