Pages

Social Icons

Sabtu, 15 September 2012

Sekilas Kepribadian Mukmin Dalam Al-Quran


Mukmin adalah orang yang takwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Secara sederhana, orang mukmin diartikan sebagai orang yang sangat taat menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dan berjihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah. Menurut Abdul Mujib, Mukmin adalah orang yang beriman dan secara etimologi, iman berarti pembenaran, orang yang beriman adalah orang yang benar dalam memegang dan melaksanakan amanat, sehingga hatinya merasa aman.
Dalam pandangan agama, bukan semua pembenaran dinamakan iman. Iman terbatas pada pembenaran menyangkut apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw yang pokok-pokoknya tergambar dalam rukun iman yang enam yaitu: 1) beriman kepada Allah, 2) beriman kepada Malaikat, 3) beriman kepada kitab-kitab Allah, 4) beriman kepada nabi/rasul Allah, 5) beriman kepada hari kemudian, 6) beriman kepada qadla dan qadar.
Ada tiga aspek yang berhubungan dengan iman, Pertama aspek apektif, Iman adalah pembenaran (tashdiq) dalam hati. Pembenaran iman hanya dapat dilakukan oleh struktur hati, sebab hati merupakan struktur manusia yang mampu menerima doktrin keimanan kepada yang ghaib. Kedua aspek kognitif, Iman juga harus diucapkan dengan lisan. Iman yang diucapkan itu adalah mengucapkan dua kalimah syahadat. Kalimat syahadat pertama mengandung pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Sedang kalimat syahadat kedua merupakan pengakuan bahwa Muhammad adalah utusan yang menerima wahyu dan ajaran Allah yang harus direalisasikan dalam kehidupan nyata. Ketiga aspek psikomotorik, Iman adalah perbuatan yang dilakukan oleh anggota tubuh. Perbuatan itu merupakan bukti dari keimanan seseorang. Perbuatan-perbuatan itu harus benar-benar dilandasi keimanan kepada Allah Swt dan menyentuh seluruh aspek kehidupan. Pada aspek ini, iman seseorang dapat berkurang dan bertambah, bertambahnya iman disebabkan oleh bertambahnya perbuatan/pelaksanaan ajaran agama, dan berkurangnya iman disebabkan oleh berkurangnya perbuatan/pelaksanaan ajaran.
Kepribadian manusia mengandung sifat-sifat hewan dan sifat-sifat malaikat yang kadangkala menimbulkan pergulatan antara dua aspek kepribadian manusia tersebut. Adakalanya, manusia tertarik oleh kebutuhan dan syahwat tubuhnya, dan adakalanya ia tertarik oleh kebutuhan spiritualnya.
Al-Qur’an mengisyaratkan pergulatan psikologis yang dialami oleh manusia, yakni antara kecenderungan pada kesenangan-kesenangan jasmani dan kecenderungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi, sangat alamiah bahwa pembawaan manusia tersebut terkandung adanya pergulatan antara kebaikan dan keburukan, antara keutamaan dan kehinaan. Untuk mengatasi pergulatan antara aspek material dan aspek spiritual pada manusia tersebut dibutuhkan solusi yang baik, yakni dengan menciptakan keselarasan di antara keduanya.
Di samping itu, Al-Quran juga mengisyaratkan bahwa manusia berpotensi positif dan negatif. Pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya tarik kebaikan.
Potensi positif dan negatif manusia ini banyak diungkap oleh Al-Qur’an. Di antaranya ada dua ayat yang menyebutkan potensi positif manusia, yaitu Surah at-Tin ayat 5 (manusia diciptakan dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya), dan Surah al-Isra’ ayat 70 (manusia dimuliakan oleh Allah dibandingkan dengan kebanyakan makhluk-makhluk yang lain).
Oleh karenanya, kepribadian mukmin akan terbentuk dengan pembimbingan dan pembinaan dari potensi positif serta sifat-sifat malaikat yang terkandung dalam dirinya dan menjadikannya sebagai pribadi mukmin yang tunduk dan patuh pada aturan yang ditetapkan oleh Allah swt.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text