Mukmin adalah orang yang takwa kepada
Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Secara sederhana, orang mukmin diartikan
sebagai orang yang sangat taat menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, dan berjihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah. Menurut
Abdul Mujib, Mukmin adalah orang yang beriman dan secara etimologi, iman
berarti pembenaran, orang yang beriman adalah orang yang benar dalam memegang
dan melaksanakan amanat, sehingga hatinya merasa aman.
Dalam pandangan agama, bukan semua
pembenaran dinamakan iman. Iman terbatas pada pembenaran menyangkut apa yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw yang pokok-pokoknya tergambar dalam rukun
iman yang enam yaitu: 1) beriman kepada Allah, 2) beriman kepada Malaikat, 3) beriman
kepada kitab-kitab Allah, 4) beriman kepada nabi/rasul Allah, 5) beriman kepada
hari kemudian, 6) beriman kepada qadla dan qadar.
Ada tiga aspek
yang berhubungan dengan iman, Pertama aspek apektif, Iman adalah pembenaran (tashdiq)
dalam hati. Pembenaran iman hanya dapat
dilakukan oleh struktur hati, sebab hati merupakan struktur manusia yang mampu
menerima doktrin keimanan kepada yang ghaib. Kedua aspek kognitif, Iman juga harus
diucapkan dengan
lisan. Iman yang
diucapkan itu adalah mengucapkan dua kalimah syahadat. Kalimat syahadat pertama
mengandung pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
Sedang kalimat syahadat kedua merupakan pengakuan bahwa Muhammad adalah utusan
yang menerima wahyu dan ajaran Allah yang harus direalisasikan dalam kehidupan
nyata. Ketiga aspek psikomotorik, Iman adalah perbuatan yang dilakukan oleh anggota tubuh. Perbuatan itu merupakan
bukti dari keimanan seseorang. Perbuatan-perbuatan itu harus benar-benar
dilandasi keimanan kepada Allah Swt dan menyentuh seluruh aspek kehidupan. Pada aspek ini, iman seseorang dapat
berkurang dan bertambah, bertambahnya iman disebabkan oleh bertambahnya
perbuatan/pelaksanaan ajaran agama, dan berkurangnya iman disebabkan oleh
berkurangnya perbuatan/pelaksanaan ajaran.
Kepribadian manusia mengandung
sifat-sifat hewan
dan sifat-sifat malaikat yang kadangkala menimbulkan pergulatan antara dua aspek
kepribadian manusia tersebut. Adakalanya, manusia tertarik oleh kebutuhan dan
syahwat tubuhnya, dan adakalanya ia tertarik oleh kebutuhan spiritualnya.
Al-Qur’an mengisyaratkan pergulatan psikologis yang dialami
oleh manusia, yakni antara kecenderungan pada kesenangan-kesenangan jasmani dan
kecenderungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi, sangat alamiah bahwa
pembawaan manusia tersebut terkandung adanya pergulatan antara kebaikan dan
keburukan, antara keutamaan dan kehinaan. Untuk mengatasi pergulatan antara
aspek material dan aspek spiritual pada manusia tersebut dibutuhkan solusi yang
baik, yakni dengan menciptakan keselarasan di antara keduanya.
Di samping
itu, Al-Quran juga mengisyaratkan bahwa manusia berpotensi positif dan negatif.
Pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya.
Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya tarik kebaikan.
Potensi
positif dan negatif manusia ini banyak diungkap oleh Al-Qur’an. Di antaranya
ada dua ayat yang menyebutkan potensi positif manusia, yaitu Surah at-Tin ayat
5 (manusia diciptakan dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya), dan Surah
al-Isra’ ayat 70 (manusia dimuliakan oleh Allah dibandingkan dengan kebanyakan
makhluk-makhluk yang lain).
Oleh karenanya, kepribadian mukmin akan
terbentuk dengan pembimbingan dan pembinaan dari potensi positif serta
sifat-sifat malaikat yang terkandung dalam dirinya dan menjadikannya sebagai
pribadi mukmin yang tunduk dan patuh pada aturan yang ditetapkan oleh Allah
swt.
0 komentar:
Posting Komentar