Jalur transportasi selayaknya terdiri dari dua arah,
satu dari sebelah kiri dan satunya lagi dari sebelah kanan. Dalam dunia
transportasi sejatinya jalur penggunaan jalan dibagi menjadi dua pertama jalan
dua jalur dan jalan satu arah. Jalan dua jalur adalah jalan yang biasa dan kita
pahami penggunaannya, tetapi jalan satu arah banyak orang yang tidak paham
penggunaannya.
Dalam dunia modern, masyarakat menginginkan jalur
transportasi yang aman, tertib, dan cepat, sehingga mereka bisa sampai ditujuan
tepat waktu. Sebaliknya apa yang terjadi apabila jalur transportasi yang
tersedia di kota anda tidak aman, atau semerawut artinya orang berkenderaan
dari arah bolak balik dan tidak peduli dengan aturan, atau jalurnya sempit yang
menyebabkan kenderaan anda tidak bisa laju minimal 30 km/jam. Tentunya anda menghindari
jalur itu dan mungkin anda akan mengusulkan kepada pihak berwenang untuk
mengatasi masalah jalur transportasi itu karena anda merasa bagian dari
pengguna jalan di daerah itu.
Melirik jalur transportasi yang ada di kota Takengon
khususnya di pusat perbelanjaan kota tersebut, yaitu jalan pasar inpress dan
jalan singeda. Pada bulan ramadhan yang lalu jalur jalan di pasar inpress
dirubah yang semula satu arah dari simpang embun pagi menuju simpang Bank Aceh
menjadi satu arah dari simpang Bank Aceh menuju simpang embun pagi. Sedangkan
jalan sengeda jalurnya jalannya tetap dari simpang Kodim menuju terminal. Hal
itu mungkin bertujuan untuk mengurangi kemacetan jalan dikarenakan banyaknya
penjual dan pembeli penganan berbuka puasa.
Sudah hampir dua bulan dari bulan ramadhan, jalur jalan
pasar inpress pun belum dirubah kembali sebagaimana jalur biasanya. Kalau kita
amati lagi penggunaan jalur yang ditetapkan itu kuranglah efektif dan kurang
efisien karena jalan di pusat perbelajaan kota Takengon hanya ada dua jalan
yaitu jalan pasar inpress dan jalan sengeda. Apabila jalur kedua jalan itu
sama-sama menuju ke utara bagaimana dengan masyarakat yang akan menuju ke
selatan, tentunya pengguna jalan tersebut akan memutar arah menuju simpang
wariji-jalan commodore dan kembali lagi ke jalan pasar inpress umpamanya atau
pengguna jalan melanggar peraturan jalur lalu lintas karena tidak mau
capek-capek memutar kenderaannya seperti yang disebutkan tadi.
Pelanggaran lalulintas di jalur jalan pasar inpress kota
Takengon sudah menjadi pemandangan yang biasa setiap pagi, siang, sore,dan
malam hari. Hal dini sekali lagi dikarenakan jalurnya sama-sama menuju utara. Kalau
hal ini dibiarkan terus, dikhawatirkan masyarakat kita akan menjadi
terbiasa melanggar aturan lalulintas, sungguh hal ini akan merusak karakter
bangsa yang ramah tamah, tertib dan bertanggungjawab. Bukankah
pendidikan kita hari ini adalah berbasis kepada pembangunan karakter bangsa,
jangan sampai jalur lalulintas kita bertentagan dengan tujuan pendidikan kita.
Sering kita mendengar
pepatah yang mengatakan bahwa hari ini harus lebih baik dari pada kemarin, dan
hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Berdasarkan pepatah itu, dan
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter bangsa mari kita perbaiki
prilaku-prilaku pengendara kita melalui pengaturan jalur lalulintas yang baik,
efektif, dan efisien. Keindahan kota Takengon pun akan semakin mempesona bagi
yang melintas dijalur itu.